Langsung ke konten utama

PARIWISATA SAUJANA: PESONA ALAM BERPADU DENGAN BUDAYA DAN TRADISI



Tentu sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia menjadi salah satu surga wisata alam yang sangat mempesona. Wisata alam merupakan salah satu jenis pariwisata yang diminati wisatawan. Dengan sejuta potensi yang dimiliki, Indonesia menjadikan objek wisata alam sebagai magnet yang kuat untuk menarik wisatawan mancanegara. Landscape gunung, danau, sungai, gua, air terjun, sabana, pantai, terumbu karang, gugusan pulau, hutan semua tersaji manis di bumi khatulistiwa kita ini.  Namun terlalu sayang apabila wisatawan hanya menikmati pesona alam saja dan melewatkan sungguhan tradisi dan budaya masyarakat setempat yang unik dan khas. Dengan demikian maka, potensi alam dan budaya tersebut dikolaborasikan menjadi satu dan disebut dengan saujana.
Kata saujana disepakati dalam Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia tahun 2003 untuk digunakan sebagai terjemahan dari ‘cultural landscape’. Saujana merupakan refleksi hubungan antara manusia dengan budayanya dan lingkungan alamnya dalam kesatuan ruang dan waktu yang luas. Alam antara lain dapat berupa gunung, pegunungan, hutan, gurun, dan sungai, sedangkan budaya adalah hasil cipta, rasa. karsa, dan karya manusia, seperti tradisi, kepercayaan, cara hidup, dan sebagainya. Alam adalah mitra masyarakat, dan keduanya dalam kondisi dinamik membentuk saujana.
Pusaka saujana adalah sebuah bidang baru yang diterapkan di Indonesia. Pusaka Saujana merefleksikan hubungan antara pusaka alam dan pusaka budaya dalah kesatuan ruang yang luas dan waktu yang lama. Pusaka alam merupakan bentukan alam secara alamiah seperti gunung, hutan, danau dan lain-lain. Sedangkan pusaka budaya adalah hasil cipta rasa, karsa dan karya manusia antara lain tradisi, kepercayaan dan cara hidup (Rahmi, 2012 ).
            Dengan definisi di atas, dapat kita pahami bahwa wisata saujana merupakan jenis wisata yang kompleks karena telah memadukan potensi alam dengan potensi budaya yang dibangun oleh masyarakat setempat. Berdasarkan kriteria yang telah disebutkan di atas, salah satu yang dapat dikatakan sebagai objek wisata saujana adalah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Yogyakarta atau yang sering kita sebut Jogja menyimpan berbagai jenis potensi pariwisata yang semua dapat kita jumpai di provinsi istimewa ini. Bentang alam berjajar dari wilayah timur, yaitu Gunungkidul dengan deretan pantai-pantai berpasir putih dan sedikit ke timur ada Bantul dengan deretan pantai-pantai berpasir hitam dan deretan pohon cemara yang khas, hingga ke wilayah paling barat dengan pemandangan indahnya Perbukitan Menoreh di Kulonprogo. Tak lupa megahnya Gunung Merapi yang gagah berdiri di Sleman, kabupaten paling utara di DIY. Selain itu, Kota Yogyakarta dengan Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat sebagai centrum of culture menyuguhkan budaya-budaya dan tradisi yang masih dipegang teguh hingga hari ini. Daerah Istimewa Yogyakarta layak disebut sebagai objek wisata saujana.
Selain itu, daerah lain yang layak dikatakan sebagai objek wisata saujana adalah Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Hal tersebut tidak lepas dari potensi alam yang sangat luar biasa dan menjadi nilai jual Dieng sebagai objek wisata. Area pertanian yang berbukit-bukit dan berbentuk terasering, menyajikan panorama yang sungguh menawan di daerah tersebut ditambah dengan kawah-kawah aktif seperti Kawah Sikidang dan juga telaga-telaga jernih, salah satunya telaga warna semakin mempercantik kawasan dataran tinggi tersebut. Di samping itu, peninggalan-peninggalan bersejarah seperti Candi Arjuna, Candi Bima, dan Candi Gatotkaca berdiri kokoh di antara indahnya perbukitan khas Dieng. Selain itu, masyarakat Dieng juga memiliki tradisi yang khas dan masih dipegang teguh hingga saat ini, antara lain salah satunya adalah tradisi ruwatan bagi anak berambut gimbal. Tentu saja berbagai landscape tersebut, baik alam maupun sosial-budayanya tersaji dalam satu nama yang disebut dengan pariwisata saujana.

SUMBER:
Rahmi, Dwita Hadi. (2012). Pusaka Saujana Borobudur Studi Hubungan Antara
Bentanglahan dan Budaya Masyarakat. Yogyakarta: Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada.
diakses pada tanggal 15 Oktober 2017 pukul 20.55 WIB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMIKIRAN HASYIM ASY’ARI & PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA

Hasyim Asy’ari merupakan seorang kiai sekaligus pejuang kemerdekaan karena kedalaman ilmu dan ajarannya. Bagi bangsa ini sumbangsih Kiai Hasyim Asy’ari sangat besar karena paham keislaman ala Ahlussunnah wal Jamaah  sangat cocok dengan kebhinekaan yang sudah mengakar kuat dalam kehidupan sosial masyarakat bangsa Indonesia. Kiai Hasyim telah membuktikan bahwa keislaman dan keindonesiaan tidak boleh dipertentangkan. Keduanya harus berada dalam satu jalan yang selaras. Islam adalah nilai-nilai adiluhung yang bersifat universal, sedangkan keindonesiaan merupakan realitas sosial yang harus diisi dengan nilai-nilai Islam tanpa harus menafikannya. Dengan kata lain, nilai Islam harus hadir dalam kebudayaan dan kebhinekaan yang sudah mengakar kuat dalam jati diri dan memori kolektif bangsa ini. Solidaritas sosial yang dibangun atas sebuah paham Ahlussunah wal Jamaah , menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan yang bersifat universal dan merekonsiliasikannya dengan tradisi lokal masyaraka...

KEBIJAKAN TENTANG PARIWISATA PADA MASA ORDE LAMA

Pada masa setelah kemerdekaan (Orde Lama), pembangunan ekonomi berdasarkan Pembangunan Nasional Semesta Delapan Tahun 1961-1969 yang ditetapkan melalui Ketetapan MPRS Republik Indonesia No. II/MPRS/1960 Tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969. Pada masa itu, pembangunan pariwisata belum menjadi perhatian pemerintah. Fokus pemerintah pada saat itu masih pada pembangunan dan pembenahan perekonomian nasional sehingga mampu berdiri sendiri (Esti, 2013 : 23-24). Meski pariwisata masih belum menjadi fokus utama pembangunan masa Orde Lama, tetapi pada awal kemerdekaan dan di tengah berkecamuknya revolusi tahun 1946, dengan Surat Keputusan Wakil Presiden (Drs. Moh. Hatta) dalam lingkungan Kementerian Perhubungan, dibentuk Hotel dan Tourisme yang disingkat Honet . Tindakan pertama adalah mengganti nama hotel milik Belanda di Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Cirebon, Sukabumi, Malang, Sarangan, Purwokertp, dan Pekalongan menjadi Hotel...