Langsung ke konten utama

RESENSI BUKU: SOSIOLOGI THE BASICS



Judul               : SOSIOLOGI THE BASICS
Penulis             : Ken Plummer
Penerbit           : PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta
Bahasa             : Indonesia
Penerjemah      : Nanang Martono & Sisworo
Cetakan           : pertama
Tahun              : September 2011
Tebal               : 320 halaman
ISBN               : 978-979-769-395-4
Buku Sosiologi the Basics ini ditulis oleh Ken Plummer, seorang Professor Emeritus Sosiologi dari Essex University. Buku ini menjelaskan tentang dasar-dasar sosiologi. Buku ini akan meningkatkan pemahaman dasar mahasiswa tentang sosiologi dan teori-teori sosiologi yang berkaitan dengan kehidupan kita sehari-hari baik secara individu maupun kehidupan di dalam masyarakat. Buku sosiologi ini akan mudah dipahami oleh pembaca, khususnya mahasiswa yang baru mendalami ilmu sosiologi karena penjelasan yang disampaikan menggunakan bahasa yang tidak berbelit-belit dan dengan menyajikan contoh-contoh kasus yang menarik. Berikut ringkasan dari isi buku Sosiologi the Basics karya Ken Plummer.
            Sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari kehidupan masyarakat yang bersifat kritis, skeptis, dan sistematis. Sosiologi adalah sebentuk imajinasi dengan beberapa kompleksitas dan kontradiksinya. Ilmu ini meneliti struktur manusia dalam dunia sosial. Kita dilahirkan di dunia yang tidak pernah kita pilih, disana kita kemudian bertindak dan mengadakan perubahan. Kehidupan sosial dibentuk oleh waktu dan tempat, sehingga perubahan dimungkinkan terjadi kapanpun dan dimanapun.
            Kehidupan sosial adalah kehidupan yang mengagumkan, sangat mengejutkan dan sering kali menghebohkan, kadang-kadang dirayakan dan kadang-kadang membawa kekecewaan. Udara yang kita hirup bersifat sosial. Kita tidak dapat menghentikan “pengalaman sosial” dan “sosial” di berbagai tempat.
             Sosiologi adalah semangat untuk mempelajari dunia sosial. Sosiologi membawa sebuah kesadaran khusus serta imajinasi untuk berpikir di luar kerangka yang membatasi segala sesuatu yang dapat dijelaskan melalui “individu” dan “alam”. Sosiologi juga membantu kita untuk menjadi seorang warga negara yang kritis dengan kejadian-kejadian yang ada di dunia ini.
            Buku ini akan mendorong kita untuk berpikir kritis dalam memandang suatu permasalahan. Memandang sebuah perbedaan dan pertentangan sebagai bagian dari interaksi sosial yang terjadi, karena memang dalam setiap kehidupan kita tidak bisa terlepas dari pertentangan dan perbedaan pandangan. Perbedaan pandangan tersebut terjadi karena setiap dunia sosial merupakan sebuah “kemajemukan yang tidak dapat diperbaiki” dan kita tinggal dalam berbagai ketegangan dan kontradiksi sosial. Kita hidup dalam lingkaran perbedaan dan ketidaksetaraan. Kemampuan sosial dibedakan dalam strutur maupun stratifikasi sosial yang berbeda. Terkadang ada batasan untuk maju, misalnya kedudukan, kelas, gender, dan lainnya.
            Keunggulan buku Sosiologi the Basics adalah dalam hal penyajiannya. Isi dari setiap penjelasan bukan hanya sekedar pengertian-pengertian panjang saja, tetapi juga diselingi pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi yang dibahas, sehingga kita dapat merenungkan jawabannya untuk lebih memahami tentang suatu materi tersebut. Selain itu, dalam setiap materi. Selain itu, penulis juga menyelipkan kata-kata mutiara dari para pemikir terkenal lainnya, hal ini akan membuat pembaca tidak bosan. Pada akhir buku ini juga dijelaskan point-point dari setiap materi yang di bahas.
            Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa buku Sosiologi the Basics karya Ken Plummer layak untuk dijadikan referensi sumber bacaan bagi masyarakat, khususnya mahasiswa yang sedang mempelajari sosiologi dan ilmu-ilmu sosial. Buku ini mampu menjelaskan sosiologi dengan detail dan lengkap, sehingga apa yang disampaikan dalam buku ini akan mudah diterima oleh pembaca.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMIKIRAN HASYIM ASY’ARI & PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA

Hasyim Asy’ari merupakan seorang kiai sekaligus pejuang kemerdekaan karena kedalaman ilmu dan ajarannya. Bagi bangsa ini sumbangsih Kiai Hasyim Asy’ari sangat besar karena paham keislaman ala Ahlussunnah wal Jamaah  sangat cocok dengan kebhinekaan yang sudah mengakar kuat dalam kehidupan sosial masyarakat bangsa Indonesia. Kiai Hasyim telah membuktikan bahwa keislaman dan keindonesiaan tidak boleh dipertentangkan. Keduanya harus berada dalam satu jalan yang selaras. Islam adalah nilai-nilai adiluhung yang bersifat universal, sedangkan keindonesiaan merupakan realitas sosial yang harus diisi dengan nilai-nilai Islam tanpa harus menafikannya. Dengan kata lain, nilai Islam harus hadir dalam kebudayaan dan kebhinekaan yang sudah mengakar kuat dalam jati diri dan memori kolektif bangsa ini. Solidaritas sosial yang dibangun atas sebuah paham Ahlussunah wal Jamaah , menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan yang bersifat universal dan merekonsiliasikannya dengan tradisi lokal masyaraka...

KEBIJAKAN TENTANG PARIWISATA PADA MASA ORDE LAMA

Pada masa setelah kemerdekaan (Orde Lama), pembangunan ekonomi berdasarkan Pembangunan Nasional Semesta Delapan Tahun 1961-1969 yang ditetapkan melalui Ketetapan MPRS Republik Indonesia No. II/MPRS/1960 Tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969. Pada masa itu, pembangunan pariwisata belum menjadi perhatian pemerintah. Fokus pemerintah pada saat itu masih pada pembangunan dan pembenahan perekonomian nasional sehingga mampu berdiri sendiri (Esti, 2013 : 23-24). Meski pariwisata masih belum menjadi fokus utama pembangunan masa Orde Lama, tetapi pada awal kemerdekaan dan di tengah berkecamuknya revolusi tahun 1946, dengan Surat Keputusan Wakil Presiden (Drs. Moh. Hatta) dalam lingkungan Kementerian Perhubungan, dibentuk Hotel dan Tourisme yang disingkat Honet . Tindakan pertama adalah mengganti nama hotel milik Belanda di Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Cirebon, Sukabumi, Malang, Sarangan, Purwokertp, dan Pekalongan menjadi Hotel...

PERKEMBANGAN PARIWISATA INDONESIA PASCAKEMERDEKAAN

Indonesia merdeka pada 17 Agustus 1945, tahun tersebut merupakan tahun-tahun awal pascaperang dunia II yang melumpuhkan segala bentuk aktivitas manusia termasuk kegiatan pariwisata. Meskipun pada periode 1945-1955 masih dalam kondisi pascaperang, pemerintah Indonesia dengan segera mampu menangkap peluang sektor pariwisata sebagai salah satu jalan untuk menunjang perekonomian negara. Pada masa tersebut dibentuklah Honet , yaitu Hotel dan Tourisme sebagai upaya yang dilakukan pemerintah dalam melanjutkan pengelolaan hotel-hotel bekas milik Belanda. Tindakan yang dilakukan Honet antara lain mengganti nama hotel-hotel peninggalan Belanda. Namun, setelah tugas di atas selasai, Honet tidak lagi memiliki fungsi dan tugas sehingga segera dibubarkan. Pada tahun 1952 dibentuklah Sergahti (Panitia Inter-Departemental Urusan Tourisme) yang diharapkan mampu mengusahakan Indonesia menjadi Tourist Destination . Kegagalan panitia dalam menjalankan misi mengosongkan penghuni-penghuni tetap ho...