Kegiatan wisata
merupakan suatu perjalanan untuk memenuhi rasa ingin tahu, untuk keperluan yang
bersifat rekreatif dan edukatif (Kodhyat, 1996: 3). Dalam sebuah perjalanan
wisata, terdapat beberapa jenis pariwisata, dua diantaranya adalah pariwisata
sejarah dan pariwisata budaya. Dalam wisata sejarah, perjalanan yang dilakukan
adalah untuk mengunjungi tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah. Sedangkan,
dalam wisata budaya perjalanan dilakukan untuk mengunjungi tempat-tempat yang
memiliki aneka budaya dan kebiasaan unik yang menjadi ciri khas dari tempat
tersebut.
Umumnya ketika
seseorang berniat untuk melakukan perjalanan wisata sejarah, mereka akan
mengungjungi tempat-tempat seperti candi, museum, makam dan tempat lainnya yang
memiliki nilai historis. Sementara itu dalam melakukan kegiatan wisata budaya,
para wisatawan biasanya mengunjungi daerah yang memang memiliki ciri khas yang
unik dan mampu menarik perhatian mereka. Dalam wisata budaya, para wisatawan
umumnya memiliki tujuan untuk memperluas pengetahuan dan mempelajari kebiasaan,
adat istiadat, cara hidup, budaya dan kesenian di tempat tujuan wisata
tersebut.
Salah satu daerah yang
memiliki kombinasi dari kedua jenis wisata tersebut salah satunya adalah
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Di provinsi tersebut kita dapat menikmati
berbagai objek wisata sejarah sekaligus berbagai atraksi kebudayaan. Objek
wisata sejarah yang popular seperti Candi Prambanan tidak pernah sepi dari
kunjungan wisatawan baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Selain itu, Yogyakarta juga memiliki cerita sejarah hingga saat ini
meninggalkan jejak-jejak yang berupa bangunan-bangunan peninggalan yang asli
maupun monumen yang sengaja dibangun guna memperingati suatu peristiwa, seperti
Monumen Jogja Kembali, Monumen Serangan Umum 1 Maret dan Museum Perjuangan.
Berbagai bangunan
berdiri megah di kota istimewa ini, baik bangunan yang menggambarkan kejayaan
zaman kerajaan, seperti candi-candi hingga peninggalan bangunan bergaya Eropa
seperti Benteng Vredeburg yang tentunya menjadi saksi bisu masa kolonialisme
Belanda semua masih tersaji dengan indah dan klasik memanjakan wisatawan yang
datang ke kota tersebut.
Jika kita ingin menikmati
wisata sejarah sekaligus wisata budaya, Daerah Istimewa Yogyakarta mampu
menyuguhkan kedua potensi tersebut sekaligus. Yogyakarta dapat dikatakan
sebagai centrum of culture, hal
tersebut tidak terlepas dari keberadaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
sebagai kerajaan yang menjunjung nilai-nilai kebudayaan Jawa dan masih eksis
mempertahankan segala tradisinya hingga saat ini. Sepanjang tahun tentu ada
berbagai ritual, tradisi dan acara yang menyuguhkan berbagai gelaran budaya,
seperti Sekaten, Grebeg, Labuhan, dan berbagai festival lainnya.
Sumber:
Kodhyat, H. (1996). Sejarah Pariwisata dan Perkembangannya di Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia
Widiasarana Indonesia.
Komentar
Posting Komentar