Langsung ke konten utama

COVID19 2020: Catatan Seorang Warga Biasa

Siapa yang akan menyangka tahun 2020 dunia diserang pandemi secara massive oleh suatu benda atau makhluk hidup, atau entah menyebutnya bagaimana, yang secara umum diketahui sebagai virus yang dapat menular begitu mudahnya dan menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Sejak dimulainya virus yang dinamai Covid19 (Coronavirus Disease 2019) menginfeksi dunia, masyarakat global mulai resah dan berlomba-lomba menemukan asal usul penyebab penyebaran serta vaksin bagi generasi terbaru virus corona ini. Nama corona, konon katanya berasal dari bentuk virus tersebut yang seperti punya mahkota (crown) sehingga disebut virus corona, sebagai orang awam tentunya hanya iya iya saja, toh juga belum pernah melihat virusnya secara langsung, apalagi virus adalah sesuatu yang nyaris tak kasat mata, alias nggak kelihatan. Si Covid19 yang nggak kelihatan ini dan gejalanya yang mirip demam pada umumnya, membuat banyak orang terlena dan terlihat seperti nggak peduli kalau ancaman virus ini nyata adanya. Gejala seseorang yang telah terserang si Covid19 ini mirip-mirip gejala deman, yakni panas tinggi lebih dari 37 derajat celcius, sakit tenggorokan atau batuk-batuk dan sesak nafas. Screening seseorang terjangkit virus Covid19 ini atau tidak, berdasarkan suhu tubuh, yang entah sebenarnya benar-benar valid atau tidak. Sementara, telah banyak negara yang kelimpungan karena telah terinfeksi si Covid19, nyatanya di negara tempat saya tinggal masih santuy-santuy (santai-santai) saja karena belum juga terkonfrimasi adanya serangan Covid19 yang telah menginfeksi warganya.
Awalnya masyarakat mengira memang benar-benar aman, tapi setelah ditimang-timang, eh maksudnya ditimbang-timbang, bagaimana mungkin bisa nihil terinfeksi virus ketika penerbangan internasional masih terus dibuka, dan hanya bermodal termometer suhu untuk mengecek apakah seseorang terinfeksi virus ini atau tidak. Singkatnya, rasa heran masyarakat dan mungkin juga negara-negara tetangga dan bahkan dunia terjawab ketika salah seorang WNA (Warga Negara Asing) yang sempat singgah di sini dan berdansa dengan warga lokal terkonfirmasi terjangkit Covid19 ketika telah sampai di negaranya. Akhirnya, seorang warga yang pernah berkontak dengan WNA tersebut memeriksakan diri ke layanan kesehatan dan memang benar positif Covid19. Kemudian, tentu saja respons yang dilakukan pemerintah adalah melacak rekam jejak pasien positif itu telah ke mana saja selama ini. Setelah diumumkannya bahwa negara ini telah terjangkin Covid19, pasien pasien positif lainnya terus bertambah hingga setelah dua bulanan ini sudah lebih dari duapuluh ribuan orang positif Covid19.
Setelah begitu banyaknya pasien positif Covid19 pun masih banyak warga yang ngeyel tetap berkeliaran di luar rumah dan berkerumun. Padahal jelas-jelas pemerintah telah menerapkan yang namanya PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) untuk wilayah-wilayah yang penyebarannya sudah sangat cepat dan mengkhawatirkan. Ndilalah (kebetulan) Covid19 ini munculnya berdekatan dengan bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, yang sudah menjadi rahasia umum bahwa masyarakat memiliki tradisi mudik lebaran atau pulang kampung atau terserah lah nyebutnya apa, intinya orang-orang yang bekerja di kota-kota besar akan kembali ke kampung halaman merayakan Hari Raya Idul Fitri bersama keluarga besar. Tentu momen ini menjadi tantang tersendiri bagi negara yang memiliki warga yang dikenal sangat tertib ini. Saking tertibnya, bahkan suka bikin aturan-aturan sendiri. Sudah jelas-jelas himbauan untuk dilarang mudik, masih saja ngeyel dengan cara apapun untuk kembali ke kampung halaman. Memang negara ini punya sumberdaya manusia yang sungguh kreatif, walaupun sudah ada aturan dan larangan, ada ada saja ide untuk lolos dari aturan, untuk kreativitas masyarakat memang nggak perlu diragukan lagi, number one pokoknya. Alhasil, desa-desa yang harusnya aman dari penyebaran Covid19, jadi terinfeksi akibat ada warga yang nekad pulang kampung. Padahal jelas-jelas kita sedang berhadapan dengan sesuatu yang tak kasat mata, dan bisa menular dengan begitu mudahnya, kok ya tetep ngeyel, yasudahlah, terserah. Kalau dipikir-pikir seluruh umat manusia di muka bumi ini pun tidak ingin ada infeksi Covid19 ini, kita juga sama-sama tidak mau terkurung dalam rumah dan terbatasi gerak geriknya hingga berbulan-bulan lamanya dan nggak tau sampai kapan akan berakhir.
Jika masyarakatnya manud dan taat terhadap peraturan, tentu pemerintah juga akan lebih mudah mengendalikan penyebaran virus ini, tapi ya gimana lagi, dengan rakyat yang ratusan juta jumlahnya tentu punya jalan pikiran yang ratusan juta juga, apalagi dengan tingkat kedisiplinan yang gitu deh, tentu menjadi tantangan yang sangat menantang dalam mengendalikan virus ini. Apa nggak ingin seperti negara tentangga yang zero kematian, yang sudah zero kasus infeksi baru, yang sudah hidap seperti normal. Kalau ingin penyebaran virus ini segera berakhir, ya tolongnya stay di rumah aja bagi yang tidak memiliki kepentingan mendesak. Sudah dihimbau untuk tetap tinggal di rumah aja malah jalan-jalan belanja-belanja, nah ada karyawan swalayan besar di Yogyakarta yang ternyata positif Covid19 tapi tidak mau jujur, alhasil menularkan kepada yang lain, nah harus rapid test massal kan jadinya. Malah ada yang sudah positif masih berkeliaran jalan-jalan ke tetangga, yang model begini maunya apa, heran deh, bukannya meringankan tugas pemerintah dengan isolasi di rumah aja malah dengan santainya masih dolan-dolan, mbok tolong kesadarannya. Biarkan mereka yang punya wewenang dan ahli dalam bidangnya bisa bekerja dan menyelesaikan pandemi global ini.
Saya pun nggak menyangka bisa menulis sepanjang ini, untuk sebuah uneg-uneg atau curahan hati, kalau tidak terkurung dalam rumah mungkin nggak akan menulis sepanjang ini juga. Setidaknya tulisan ini akan jadi kenang-kenangan bahwa di tahun 2020 saya pernah rebahan dalam tempo yang sangat panjang dan dalam waktu yang tak terhingga lamanya. Semoga Pandemi Covid19 segera berakhir dan kita hidup normal kembali, atau new normal, ya pokoknya hidup biasa lagi, tapi mungkin dengan standar normal yang baru.

@inezwhy (Yogyakarta, 26 Mei 2020)

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PEMIKIRAN HASYIM ASY’ARI & PENDIDIKAN BERBASIS BUDAYA

Hasyim Asy’ari merupakan seorang kiai sekaligus pejuang kemerdekaan karena kedalaman ilmu dan ajarannya. Bagi bangsa ini sumbangsih Kiai Hasyim Asy’ari sangat besar karena paham keislaman ala Ahlussunnah wal Jamaah  sangat cocok dengan kebhinekaan yang sudah mengakar kuat dalam kehidupan sosial masyarakat bangsa Indonesia. Kiai Hasyim telah membuktikan bahwa keislaman dan keindonesiaan tidak boleh dipertentangkan. Keduanya harus berada dalam satu jalan yang selaras. Islam adalah nilai-nilai adiluhung yang bersifat universal, sedangkan keindonesiaan merupakan realitas sosial yang harus diisi dengan nilai-nilai Islam tanpa harus menafikannya. Dengan kata lain, nilai Islam harus hadir dalam kebudayaan dan kebhinekaan yang sudah mengakar kuat dalam jati diri dan memori kolektif bangsa ini. Solidaritas sosial yang dibangun atas sebuah paham Ahlussunah wal Jamaah , menjunjung tinggi nilai-nilai keagamaan yang bersifat universal dan merekonsiliasikannya dengan tradisi lokal masyaraka...

KEBIJAKAN TENTANG PARIWISATA PADA MASA ORDE LAMA

Pada masa setelah kemerdekaan (Orde Lama), pembangunan ekonomi berdasarkan Pembangunan Nasional Semesta Delapan Tahun 1961-1969 yang ditetapkan melalui Ketetapan MPRS Republik Indonesia No. II/MPRS/1960 Tentang Garis-Garis Besar Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana Tahapan Pertama 1961-1969. Pada masa itu, pembangunan pariwisata belum menjadi perhatian pemerintah. Fokus pemerintah pada saat itu masih pada pembangunan dan pembenahan perekonomian nasional sehingga mampu berdiri sendiri (Esti, 2013 : 23-24). Meski pariwisata masih belum menjadi fokus utama pembangunan masa Orde Lama, tetapi pada awal kemerdekaan dan di tengah berkecamuknya revolusi tahun 1946, dengan Surat Keputusan Wakil Presiden (Drs. Moh. Hatta) dalam lingkungan Kementerian Perhubungan, dibentuk Hotel dan Tourisme yang disingkat Honet . Tindakan pertama adalah mengganti nama hotel milik Belanda di Yogyakarta, Surakarta, Madiun, Cirebon, Sukabumi, Malang, Sarangan, Purwokertp, dan Pekalongan menjadi Hotel...

PARIWISATA SAUJANA: PESONA ALAM BERPADU DENGAN BUDAYA DAN TRADISI

Tentu sudah menjadi rahasia umum bahwa Indonesia menjadi salah satu surga wisata alam yang sangat mempesona. Wisata alam merupakan salah satu jenis pariwisata yang diminati wisatawan. Dengan sejuta potensi yang dimiliki, Indonesia menjadikan objek wisata alam sebagai magnet yang kuat untuk menarik wisatawan mancanegara. Landscape gunung, danau, sungai, gua, air terjun, sabana, pantai, terumbu karang, gugusan pulau, hutan semua tersaji manis di bumi khatulistiwa kita ini.   Namun terlalu sayang apabila wisatawan hanya menikmati pesona alam saja dan melewatkan sungguhan tradisi dan budaya masyarakat setempat yang unik dan khas. Dengan demikian maka, potensi alam dan budaya tersebut dikolaborasikan menjadi satu dan disebut dengan saujana. Kata saujana disepakati dalam Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia tahun 2003 untuk digunakan sebagai terjemahan dari ‘cultural landscape’ . Saujana merupakan refleksi hubungan antara manusia dengan budayanya dan lingkungan alamnya dalam kesat...